Kamis, 22 Juli 2010

TEKNIK BUDIDAYA AREN

Lokasi/Tempat Tumbuh Aren:
Tanaman Aren menyebar luas di banyak daerah dengan wilayah penyebaran antara garis lintang 200 LU – 110 LS antara lain Indonesia. Di Indonesia aren banyak tumbuh di wilayah perbukitan, pegunungan, dan lembah .Tanaman ini tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus dan tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif, dapat tumbuhpada tanah liat, berlumpur dan berpasir, padaketinggian antara 9 – 2000 m dpl dengancurah hujan lebihdari 1.200 mm setahun (http://ditjenbun.deptan.go.id, 2009). Penyebaran tanaman Aren secara alami dibantu oleh musang. Perbanyakan tanaman dilakukan secara generatif, yaitu melalui biji. Biji yang dipilih untuk pembibitan harus berkualitas baik dan sudah matang sempurna. Biji untuk pembibitan bisa berasal aren yang keluar dari perut musang, biji tua hasil pemetikan langsung dari pohon, dan biji aren tua dari pohon yang ditebang. Pembuatan bibit berdasarkan asal benih dilakukandengancara:
a. Pembibitan dari biji yang keluar dari perut musang
Biji direndam dalam air dingin selama ± 5 menit, kemudian dibersihkan dan dijemur sekitar 2 hari. Setelah kering, biji disemaikan dalan polibag yang telah diisi dengan tanah subur dan gembur (jika perlu bisa dicampur dengan sedikit pupuk organik) dengan kedalaman sekitar 1 cm. Biasanya dalam waktu 12-13 hari biji aren mulai berkecambah, yang ditandai dengan munculnya hipokotil. Selanjutnya setelah 30 hari disemaikan, biji tersebut muncul ke permukaan tanah polybag/wadah lain. Prosentase hidup kecambah dengancaraini mencapai 80-85%.
b. Pembibitan dari biji aren tua yang dipetik langsung dari pohon
Mula-mula biji dipendam di dalan tumpukan sampah yang masih basah dan sudah agak membusuk , selama lebih kurang 15 hari. Tujuannya, selain untuk memudahkan pengupasan kulit buah juga untuk merangsang proses fisiologi perkecambahan biji. Setelah itu biji dicuci dengan air dingin dan dikeringkan di bawah panas matahari sekitar 2 hari. Selanjutnya biji disemaikan dalam polibag seperti untuk penyemaian dari biji yang keluar dari perut musang. Tempat persemaian sebaiknya dinaungi, bahkan beberapa petani biasa menutupi bedengan, setelah berkecambah tutup bedengan baru dibuka. Kecambah di dalam bedengan tetap dinaungi dan disiram secukupnya untuk menjaga kelembaban. Biasanya setelah 34 hari biji akan mulai berkecambah dan sekitar 2-3 minggu kemudian biji akan muncul kepermukaan tanah polibag. Prosentase hidup kecambah dengan cara ini sekitar 45%.
c. Pembibitan dari biji yangditebang
Cara ini merupakan modifikasi dari model pembibitan biji aren yang dipetik langsung dari pohon. Urutannya dimulai dengan memetik buah, pemendaman dalam sampah, pengulitan, pembersihan, dan penjemuran. Sebelum disemaikan, bagian punggung biji diiris (dekat bakal tunas) selebar kira-kira 5 mm. Selanjutnya biji direndam dalam air dingin sekitar 24 jam untuk mempercepat proses imbibisi. Setelah itu biji disemaikan dalam polibag dan biasanya sesudah 16-17 hari mulai berkecambah, dan 2-3 minggu kemudian akan muncul ke permukaan. Prosentase hidup kecambahdengancaraini sekitar 75%.
d. Pembibitan aren juga dapat dilakukan dengan menggunakan biji aren tua yang berasal dari buah yang berjatuhan.
Caranya dapat dilakukan dengan sistem pembibitan dari biji yang buahnya dipetik langsung dari pohon yang ditebang.
Tahapan perbanyakan tanaman secara generatif adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Buah
Buah yang digunakan sebagai sumber benihharus matang, sehat yang ditandai dengankulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4 cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak di bagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik atau dus untuk memudahkanpemisahan biji (benih) dari kulit.
2. Pengambilan Biji dari Buah
Pengambilan biji dari dalam buah aren harus menggunakansarung tangan karena buah aren mengandung asam oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit buah menjadi busuk sehingga biji telah terpisah dari daging buah. Dengan cara ini, biji dapat diambil denganmudahdanpadakondisi ini kulit buah arentidak gatal lagi
3. Perkecambahan
Benih disemaikan dalam tempat pesemaian misalnya bedeng tabur atau kotak plastik, dengan media campuran pasir + serbuk gergaji (2:1). Cara untuk perkecambahan yaitu biji digosok dengan kertas pasir bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan. Benih disiram setiap hari untuk mempertahankankelembabanyang tinggi sekitar 80%.
4. Memindahkan Kecambah pada Polybag (Overspin)
Kecambah aren yaitu setelah terbentuk apokol yang telah mencapai panjang 3 – 5 cm dipindahkan ke tempat pembibitan atau dalam polybag yang berdiameter 25 cm. Media yang digunakan untuk pembibitan dalam kantong plastik (polybag) adalah tanah-tanah lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan1:2, dan diisi ¾ bagian kantong polybag.

5. Pengamatan Perkembangan Benih dan Bibit
Benih sehat yang ditanam akan mulai berkecambah pada kisaran 12 s.d. 32 hari tergantung asal perolehan biji seperti yang telahdijelaskan sebelumnya. Secara umum, mulai benih berkecambah s.d. overspin di persemaian adalah selama ± 3 bulan. Setelah itu bibit dipindahkan ke dalam polybag menunggu perkembangan sampai siap tanam pada usia11-12bulan.
6. Perawatan Bibit
Berupa penyiraman dan pemupukan serta mencegah dari serangan persemaian hama dan penyakit. Serangan hama bibit aren di persemaian yang paling umum adalah tikus dan musang yang memakan biji/lembaga yang masih menempel di bibit.
7. Ciri-Ciri Bibit Siap Tanam
Berumur 11-12 bulan
Ketinggianrata-rata40-50 cm
Perkembangan pertumbuhan batang dan daunnya proporsional
Akar sudah menembus keluar dari polybag, batangnya cukup kokoh dan daunnya membuka lebar dengan susunan daun yang merekah(tidak menguncup).
Jumlah daun cukup banyak (sekitar 6-10 lembar), warna daun hijau segar dengan permukaan yang mengkilat.
8. Penanaman
Penanaman aren dapat dilakukan secara monokultur maupun tumpangsari. Untuk penanaman monokultur, bibit yang baik ditanam pada lahan yang sesuai dengan Tanaman Aren berumur 6 bulandi lapanganpada urutan sebagai berikut :
Pemasanganacir terlebihdahulu padalahanyang telahdisiapkandenganjarak 5 x5 m atau 9 x9 m.
Pembuatan lubang tanam ukuran 30 x 30 x 30 cm, untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP.
Lubang tanam yang telahdiberi pupuk didiamkanselama3-5 hari.
Mulai penanaman, dengan cara membuka polybag terlebih dahulu
Bibit dimasukkan pada lubang tanam dan sisa lubang tanam ditimbun dengan tanah sambil ditekan dengan tangan
Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman berupa penyiangan gulma sekitar tanaman, penanggulangan hama dan penyakit, dsb.
Hama yang menyerang tanaman muda aren di lapangan adalah tikus, musang, dan tupai.
Bibit yang baru ditanam sebaiknya diberi naungan atau peneduh.

Sumber Benih Dan Teknologi Pembibitan Aren

Tanaman aren (Arenga pinnata MERR) merupakan tanaman dari suku Palmae yang tersebar pada hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama terdapat di 14 provinsi, seperti: Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam. Total luas di 14 provinsi sekitar 70.000 Ha.
Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren memiliki keunggulan dalam mencegah erosi tanah terutama pada daerah-daerah yang terjal karena akar tanaman aren dapat mencapai kurang lebih enam meter pada kedalam tanah. Nira aren juga berpeluang untuk diolah menjadi salah satu alternatif biofuel, yaitu menjadi etanol.
Aren juga memiliki nilai ekonomis jika diusahakan secara serius, karena seluruh bagian dari tanaman ini baik batang, daun, buah, mayang, ijuk yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan kehidupan manusia. Aren ternyata dapat menghasilkan 60 jenis produk bernilai ekonomi dan beberapa produk berpotensi untuk diekspor, bahkan aren berperan sebagai penyuplai energi dan untuk pelestarian lingkungan hidup. Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah berlangsung lama, namun agak lambat perkembangannya menjadi komoditi agribisnis karena sebagian tanaman aren yang dihasilkan adalah tumbuh secara alamiah atau belum dibudidayakan.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembudidayaan tanaman aren yang sangat penting adalah sumber benih dan teknologi pembibitan aren.
Sumber Benih
Tanaman aren dapat dikembangkan secara generatif yaitu melalui biji dari pohon induk yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun
Sampai saat ini tanaman aren yang tumbuh dilapangan dikategorikan dalam 2 aksesi yaitu Aren Genjah (pohon agak kecil dan pendek) dengan produksi nira antara 10 -15 liter/tandan/hari, dan Aren Dalam (pohon besar dan tinggi) dengan produksi nira 20 – 30 liter/tandan/hari. Untuk pohon induk dianjurkan adalah aksesi Dalam.
Oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan pohon induk sebagai sumber benih yaitu pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina maupun sistem pembungaan jantan dan sedang disadap niranya. Hal ini penting karena tanaman aren dikenal sebagai tanaman hapaksantik yaitu fase reproduktifnya membatasi pertumbuhan batang dengan daya tahan hidup mencapai 3 tahun.
2. Pohon terpilih harus memiliki produktifitas yang tinggi
Untuk mengetahui bahwa pohon induk yang telah dipilih sebagai sumber benih dari mayang betina dengan memiliki produktifitas nira yang tinggi antara 20 – 30 liter/mayang/hari, maka perlu dilakukan penyadapan nira dari mayang jantan pertama atau kedua. Sebab tidak semua mayang jantan yang keluar (9 – 11 mayang) dan tidak semua pohon mengeluarkan nira. Hal ini sangat dipengaruhi oleh proses fisiologi tanaman.
Apabila yang disadap mayang jantan pertama atau kedua produksi niranya banyak maka pohon tersebut adalah produktif untuk pohon induk sebagai sumber benih. Pohon yang terpilih sebagi sumber benih dengan produksi nira yang banyak maka tidak dianjurkan untuk proses penyadapan untuk tandan-tandan selanjutnya secara berturut-turut. Bila pohon induk dilakukan penyadapan terus menerus (dipaksa) maka akan menghasilkan buah yang kelihatannya utuh tetapi bijinya berkerut bahkan kempes sehingga bila ditanam menghasilkan pohon aren yang tidak baik.

Teknologi Pembibitan Aren

Tahapan penyediaan benih tanaman aren dilakukan sebagai berikut :
1. Pengumpulan buah
Buah yang digunakan sebagai sumber benih harus matang, sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4 cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak dibagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik atau dus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit.
2. Pengambilan biji dari buah
Pengambilan biji dari dalam buah aren harus menggunakan sarung tangan karena buah aren mengandung asam oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit buah menjadi busuk sehingga biji telah terpisah dari daging buah. Dengan cara ini, biji dapat diambil dengan mudah dan pada kondisi ini kulit buah aren tidak gatal lagi.
3. Perkecambahan
Benih disemaikan dalam tempat pesemaian misalnya kotak plastik (Gambar 1) dengan media campuran pasir + serbuk gergaji (2:1). Cara untuk perkecambahan yaitu biji digosok dengan kertas pasir bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan.
Benih disiram setiap hari untukmempertahankan kelembaban yang tinggi sekitar 80%.
4. Pembibitan
Kecambah aren yaitu setelah terbentuk apokol yang telah mencapai panjang 3 – 5 cm dipindahkan ke tempat pembibitan atau dalam polybag yang berdiameter 25 cm. Media yang digunakan untuk pembibitan dalam kantong plastik (polibag) adalah tanah-tanah lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2, dan diisi ¾ bagian kantong polibag. Bibit yang telah ditanam memerlukan penyiraman dan naungan agar terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan ke lapangan (ditanam) setelah berumur 6-8 bulan sejak daun pertama terbentuk.
Penutup
Tanaman aren selain memiliki nilai ekonomi tinggi, juga sebagai tanaman penahan erosi. Nira aren juga berpeluang untuk diolah menjadi etanol sebagai sumber energi. Pengembangan tanaman aren ke depan, harus diusahakan dalam bentuk agribisnis aren. Sehingga salah satu komponen produksi yang mutlak diperhatikan dan dikelola dengan baik ke depan, yaitu budidaya aren, termasuk penyediaan benih bermutu dan pembibitan aren sebagai bahan tanaman.

Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain, Manado

Senin, 05 April 2010

Teknologi Unggulan Perkebunan Kelapa

*Produktivitas kelapa di Indonesia 1,0 ton kopra/ha/tahun
tergolong rendah antara lain karena belum menggunakan varietas
unggul, padahal empat varietas kelapa dalam unggul telah
tersedia yang dilepas oleh Balai Penelitian Kelapa dan Palma
Lain (Balitka). Keempat varietas tersebut adalah kelapa Dalam
Tenga (DTA), Dalam Palu (DPU), Dalam Bali (DBI), dan Dalam
Mapanget (DMT) dengan kisaran produktivitas 2-3 ton
kopra/ha/tahun.

*Daya hasil kelapa DTA telah diteliti di empat lokasi, yaitu
KP Mapanget (Sulawesi Utara), Desa Tenga (Sulawesi Utara), Bah
Lias (Sumatera Utara), dan KP Paya Gajah (Aceh). Pengamatan di
empat lokasi menunjukkan bahwa DTA menghasilkan 12–13
tandan/pohon/ tahun, 71–89,8 buah/pohon/tahun, 243,3–306 g
kopra/butir, 20,5– 25,6 kg kopra/pohon/tahun atau 2,90–3,12
ton kopra/ha/tahun. Perbedaan produktivitas pada empat lokasi
cukup rendah, yang mengindikasikan bahwa kelapa DTA cukup
adaptif pada berbagai lingkungan tumbuh.

*Kelapa DTA tahan terhadap penyakit Phytophthora sp. dan
kekeringan selama 3 bulan. Daerah pengembangannya adalah lahan
kering dataran rendah iklim basah. Kelapa DTA telah
dikembangkan di Sumatera Utara, Aceh, Lampung, Jawa Barat dan
Kalimantan Timur seluas 200 ha. Di daerah asalnya Desa Tenga
dan sekitarnya, kelapa DTA telah digunakan masyarakat sebagai
sumber benih untuk perluasan dan peremajaan selama
bertahun-tahun.
*Daya hasil kelapa DPU telah diteliti di empat lokasi yaitu KP
Mapanget (Sulawesi Utara), Desa Bangga (Sulawesi Tengah), Bah
Lias (Sumatera Utara), dan KP Paya Gajah (Aceh). Pengamatan
daya hasil menunjukkan bahwa kelapa DPU dapat menghasilkan
12,1–12,8 tandan/pohon/tahun, 58,5–84 buah/pohon/tahun, 272–
297,3 g kopra/butir, 17,2–22,9 kg kopra/pohon/tahun atau 2,4–
3,27 ton kopra/ha/tahun.
*Kelapa DPU tergolong tahan terhadap penyakit Phytophthora sp.
dan toleran terhadap kemarau panjang. Daerah pengembangannya
adalah lahan kering iklim basah (curah hujan >1.200
mm/tahun).Produktivitas tertinggi diperoleh di Desa Bangga,
Sulawesi Tengah yang curah hujannya rendah (1.000 mm/tahun)
dengan air tanah dangkal (<2 m). Kelapa DPU telah dikembangkan
di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera
Utara, Aceh, Lampung dan Jawa Barat dengan luas areal sekitar
250 ha.
*Daya hasil kelapa DBI telah diteliti di KP Mapanget (Sulawesi
Utara), Desa Pekutatan (Bali), Bah Lias (Sumatera Utara), dan
KP Paya Gajah (Aceh). Kelapa DBI menghasilkan 12–13
tandan/pohon/ tahun, 52,1–91 buah/pohon/tahun, 272,6–304,7 g
kopra/butir, dan 15,5–24,8 kg kopra/pohon/tahun atau 2,2–3,5
ton kopra/ha/tahun.
*Kelapa DBI tergolong stabil terhadap perubahan musim untuk
karakter jumlah buah dan produksi daging buah. Tahan terhadap
penyakit Phytophthora sp. dan kekeringan selama 3 bulan.
Daerah pengembangannya adalah lahan kering dataran rendah
iklim basah (curah hujan >1.500 mm/tahun). Kelapa DBI telah
dikembangkan di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Aceh,
Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat dan Bali dengan luas areal
sekitar 150 ha.

*Kelapa DMT telah berkembang di Sulawesi Utara, Papua dan
Sulawesi Tenggara sejak tahun 1970an serta di Lampung,
Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan mulai tahun 1980an. Di
Mapanget (Sulawesi Utara) dan Pulau Muna (Sulawesi Tenggara),
kelapa DMT menghasilkan 12–12,5 tandan/pohon/tahun, 74,1–81,6
buah/ pohon/tahun, 263–306,8 g kopra/butir, dan 21,5–22,7 kg
kopra/ pohon/tahun atau 3,07–3,2 ton kopra/ha/tahun.
*Kelapa DMT tahan terhadap penyakit Phytophthora sp. dan
toleran terhadap kemarau panjang. Daerah pengembangannya
adalah lahan kering dataran rendah iklim basah (curah hujan
>1.500 mm/tahun).
*Persiapan lahan dilakukan dengan membuat lubang tanam
berukuran 1 m x 1 m x 1 m bersamaan dengan penyemaian. Lubang
tanam diisi pupuk kandang 20-30 kg/lubang. Sebelum tanam
lubang tanam diberi pupuk TSP 300 g/lubang.
*Bibit ditanam sedalam 30 cm dan agar terhindar dari
kekeringan diberi mulsa rerumputan atau tanaman pupuk hijau
*Pemupukan dilakukan sesuai umur tanaman. N, P, K dan Mg
diberikan bersamaan. Pupuk P diberikan 2-3 minggu sebelum atau
sesudah pemupukan N, K dan Mg. Untuk perbaikan sifat fisik
tanah, pupuk kandang dapat diaplikasikan.
*Kelapa dipanen baik dalam bentuk buah segar maupun diambil
niranya. Untuk pengambilan nira dilakukan dengan penentuan
mayang, pengikatan, pembengkokan, pengirisan mayang dan
penampungan nira. Nira dapat diproses menjadi gula kelapa
dengan cara pemasakan, pencetakan dan pengkristalan,
pengayakan, dan pengepakan/penyimpanan. Tempurung kelapa dapat
dimanfaatkanuntuk pembuatan arang. Buah kelapa dapat diolah
menjadi minyak kelapa, makanan ringan, selai kelapa, sari
kelapa, dan sirup air kelapa.

Teknologi Unggulan Perkebunan Vanili

*Bibit vanili Bio-FOB: menggunakan tiga macam mikroorganisme
yaitu Fusarium oxysporum, Bacillus pantotkenticus, dan
Trichoderma lactae. Secara generatif bibit harus tulen
(memiliki sifat seperti induknya), murni (biji tidak tercampur
dengan yang berkualitas jelek), dan segar (biji dalam kondisi
segar dan sehat). Secara vegetatif bibit harus sehat dan cukup
umur, sudah mengeluarkan sulur dahan yang kuat, dan tanaman
induk belum sampai berbuah.
*Penyiapan lahan dilakukan dengan mengolah tanah pada
pertengahan musim kemarau agar pada awal musim hujan pohon
pelindung dapat ditanam. Setelah diolah tanah dibuat bedengan
dengan lebar 80-120 cm dan lebar parit 30-50 cm.
*Bibit ditanam pada lubang tanam berukuran 20 cm x 15 cm x 10
cm atau 25 cm x 20 cm x 12 cm atau 30 cm x 25 cm x 15 cm.
Setek ditanam dengan cara memasukkan tiga ruas seluruhnya ke
lubang tanam secara mendatar, kemudian lubang tanam ditutup
dengan tanah yang telah dicampur pupuk kandang. Bagian tanaman
yang tidak tertutup tanah diikatkan pada pohon panjatan dengan
ikatan longgar.
*Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk di sekitar
pohon kemudian ditimbun tanah. Pupuk yang dibutuhkan adalah
pupuk kandang 10-20 kg, urea 8 kg, SP-36 4 kg, KCl 14 kg, CaO
5 kg, dan Mg 2,5 kg per pohon per tahun.
*Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyulaman, penyiangan,
pembumbunan, dan pemangkasan. Penyulaman dilakukan jika ada
bibit yang terserang penyakit dan menggantinya dengan tanaman
segar. Penyiangan dilakukan sebulan sekali setelah tanam pada
sekeliling tanaman. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan untuk menjaga bedengan tetap rapi.
*Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan
menggunakan insektisida (Furadan, Leadarsenate), fungisida
(Cupravit, Dithane, Benlate) atau menggunakan Bio-TRIBA dan
fungisida nabati Mitol 20 EC. Bio-TRIBA dalam bentuk cair
mengandung dua jenis mikroorganisme yaitu B. pantotkenticus
dan T. lactae, sebagai biodekomposer limbah organik dan
biofungisida untuk pengendalian patogen tanaman serta dapat
dicampur dengan pupuk organik dalam aplikasinya. Fungisida
Nabati Mitol 20 EC mengandung bahan aktif eugenol dari
cengkeh, toksik terhadapR. lignosus, R. solani, F. oxysporum,
F. solani, Pythium, S. rolfsii termasuk patogen penyebab BBP
dan jamur kontaminan pada pascapanen seperti Aspergillus dan
Penicillium.

Teknologi Unggulan Perkebunan Tembakau

*Setiap tahun Indonesia memproduksi rokok rata-rata 200 miliar
batang, terdiri atas 86-89% rokok kretek dan 11-14% rokok
putih. Kekuatan industri rokok kretek terletak pada bahan baku
yang digunakan, 85% berupa tembakau lokal sehingga tidak
bergantung atau terpengaruh situasi perdagangan tembakau
dunia. Salah satu bahan baku penting rokok kretek adalah
tembakau madura.
*Selama 5-10 tahun terakhir penggunaan tembakau madura
meningkat sehingga areal penanamannya meningkat dari 40.000-
50.000 ha menjadi 60.000-70.000 ha/tahun. Wilayah
pengembangannya adalah 45% di Kabupaten Pamekasan, 33% di
Sumenep, sisanya di Kabupaten Sampang. Perkiraan penggunaan
tembakau madura dalam racikan (blend) meningkat dari 14-22%
menjadi 25-30%.
*Tembakau madura dikenal di dunia sebagai tembakau
semi-oriental karena aromanya yang baik. Perannya sebagai
bahan baku rokok kretek semakin penting karena kadar
nikotinnya juga tidak terlalu tinggi, berkisar 2,5-3%, padahal
kadar nikotin tembakau temanggung berkisar 3-8%.
*Sesuai dengan trend konsumen, industri rokok kretek juga
mengarahkan usahanya pada produksi rokok yang lebih ringan
dengan kadar nikotin dan tar rendah. Melalui rekayasa dalam
proses produksi telah dapat dihasilkan rokok kretek yang lebih
ringan, antara lain dengan menggunakan kertas berpori dan
filter. Namun demikian teknologi tersebut masih cukup mahal.
Sebagai pilihan untuk mengurangi biaya produksi dapat
digunakan tembakau yang lebih ringan.
*Varietas tembakau dengan kadar nikotin rendah adalah Prancak
N-1 dan Prancak N-2, dengan kadar nikotinnya berturut-turut
1,7% dan 2,0% atau lebih rendah 24% dan 13% dari Prancak-95
dan mutu rajangan keduanya lebih baik. Produktivitas Prancak
N-1 rata-rata 0,9 t/ha, sedangkan Prancak N-2 tidak berbeda
dengan Prancak-95, yaitu 0,7 t/ha.
*Persiapan lahan untuk persemaian tembakau dilakukan dengan
cara membersihkan dan menyemprot lahan dengan formaldehid 0,5
liter dalam 4 liter air dengan dosis 40-48 liter/ha.
*Pemupukan dilakukan menggunakan ZA 200 kg (untuk tanah yang
bereaksi basa), SP-36 100 kg, ZK 100 kg dan 2,5 ton
pupukkandang/ha. Untuk tanah yang bereaksi masam, sebagai
sumber N dapat digunakan pupuk urea. Variasi hasil dapat
terjadi karena perbedaan pupuk yang diberikan terutama pupuk N.
*Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan membuat saluran
drainase pada saat air berlebih serta pengairan saat kering.
*Panen dilakukan dengan memetik daun yang terbaik, yaitu
daundaun yang telah cukup umur dan telah berwarna hijau
kekuningan. Untuk golongan tembakau cerutu, pemetikan daun
dilakukan pada saat tepat masak/hampir masak yang ditandai
dengan warna daun keabu-abuan, sedangkan untuk rokok sigaret,
pemetikan daun dilakukan pada saat masak sekali. Jika
diperlukan krosok yang kasar, pemetikan diperpanjang 5-10 hari
dari tingkat kemasakan tepat masak.
*Panen dilakukan dengan menebang batang tanaman beserta
daunnya tepat pada pangkal batangnya atau hanya memetik
daunnya saja tanpa menebang batangnya. Daun dipetik mulai dari
daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan daun
adalah sore/pagi hari pada saat cuaca cerah. Pemetikan dapat
dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali
petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk tiap tanaman dapat
dilakukan pemetikan 5 kali.

Teknologi Unggulan Perkebunan Lada

*Bibit tanaman dapat menggunakan setek. Untuk mengatasi
keterbatasan bahan tanaman, dapat digunakan setek satu ruas
(dua buku).
*Varietas lada unggul yang direkomendasikan adalah Petaling 1,
Petaling 2, Natar 1, Natar 2, Chunuk, LDK, dan Bengkayang.
Varietas Natar 1 toleran terhadap penyakit busuk pangkal
batang (BPB).
*Penanaman diawali dengan membuat lubang tanam berukuran 80 cm
x 60 cm x 60 cm atau 60 cm x 40 cm x 40 cm, bergantung pada
struktur dan tekstur tanah. Selanjutnya lubang tanam diberi
pupuk kandang, bahan organik, dan T. harzianum untuk mencegah
serangan P. capsici.
*Pemupukan menggunakan N, P, K, dan Mg dengan takaran1,6-2,4
kg (12:12:24:2) per tanaman per tahun untuk tanaman produktif,
bergantung pada jenis tanah. Pupuk diberikan sesuai kebutuhan
tanaman, yaitu dengan cara dibagi menjadi empat. Pemupukan
dilakukan selama musim hujan dengan interval 40 hari. Tanaman
lada umur 1 tahun memerlukan 1/8 takaran yang dibagi menjadi
empat (diberikan pada umur 5, 7, 9, dan 11 bulan), sedangkan
tanaman umur 2 tahun, pupuk diberikan 1/8 takaran selama musim
hujan dan dibagi empat.
*Penggunaan tajar sangat dianjurkan, karena daunnya dapat
dipakai sebagai kompos, menciptakan habitat yang baik bagi
mikroba tanah, serta mengurangi pengaruh panas dan kekeringan.
Penggunaan tajar hidup lebih menguntungkan karena murah, ramah
lingkungan, dan hasil pangkasannya dapat digunakan sebagi
sumber bahan organik bagi tanaman lada, walaupun dari segi
produksi sama baiknya dengan penegak kayu/mati.
*Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan: (1) pemangkasan tajar
pada seminggu sebelum pemupukan untuk mengoptimalkan serapan
hara oleh tanaman lada, (2) pemangkasan sulur panjat lada pada
tanaman muda untuk merangsang terbentuknya cabang buah
sehingga membentuk kanopi yang ideal, dan (3) pemangkasan
sulur cacing dan sulur gantung yang merupakan parasit bagi
tanaman lada. Pemangkasan dilakukan apabila percabangan lada
di dekat permukaan tanah terlalu lebat, dengan tujuan
mengurangi kelembapan di sekeliling pangkal batang agar
terhindar dari serangan patogen penyakit BPB.
*Untuk mendapatkan lada yang bermutu tinggi, pemanenan
dilakukan tepat waktu dan pengolahan dilakukan secara
higienis. Serangkaian alat pengolahan lada hitam dan lada
putih telah direkayasa Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (Balittro) untuk meningkatkan mutu lada petani. Alat
tersebut terdiri atas alat perontok, pengupas, dan pengering.