Senin, 05 April 2010

Teknologi Unggulan Perkebunan Kelapa

*Produktivitas kelapa di Indonesia 1,0 ton kopra/ha/tahun
tergolong rendah antara lain karena belum menggunakan varietas
unggul, padahal empat varietas kelapa dalam unggul telah
tersedia yang dilepas oleh Balai Penelitian Kelapa dan Palma
Lain (Balitka). Keempat varietas tersebut adalah kelapa Dalam
Tenga (DTA), Dalam Palu (DPU), Dalam Bali (DBI), dan Dalam
Mapanget (DMT) dengan kisaran produktivitas 2-3 ton
kopra/ha/tahun.

*Daya hasil kelapa DTA telah diteliti di empat lokasi, yaitu
KP Mapanget (Sulawesi Utara), Desa Tenga (Sulawesi Utara), Bah
Lias (Sumatera Utara), dan KP Paya Gajah (Aceh). Pengamatan di
empat lokasi menunjukkan bahwa DTA menghasilkan 12–13
tandan/pohon/ tahun, 71–89,8 buah/pohon/tahun, 243,3–306 g
kopra/butir, 20,5– 25,6 kg kopra/pohon/tahun atau 2,90–3,12
ton kopra/ha/tahun. Perbedaan produktivitas pada empat lokasi
cukup rendah, yang mengindikasikan bahwa kelapa DTA cukup
adaptif pada berbagai lingkungan tumbuh.

*Kelapa DTA tahan terhadap penyakit Phytophthora sp. dan
kekeringan selama 3 bulan. Daerah pengembangannya adalah lahan
kering dataran rendah iklim basah. Kelapa DTA telah
dikembangkan di Sumatera Utara, Aceh, Lampung, Jawa Barat dan
Kalimantan Timur seluas 200 ha. Di daerah asalnya Desa Tenga
dan sekitarnya, kelapa DTA telah digunakan masyarakat sebagai
sumber benih untuk perluasan dan peremajaan selama
bertahun-tahun.
*Daya hasil kelapa DPU telah diteliti di empat lokasi yaitu KP
Mapanget (Sulawesi Utara), Desa Bangga (Sulawesi Tengah), Bah
Lias (Sumatera Utara), dan KP Paya Gajah (Aceh). Pengamatan
daya hasil menunjukkan bahwa kelapa DPU dapat menghasilkan
12,1–12,8 tandan/pohon/tahun, 58,5–84 buah/pohon/tahun, 272–
297,3 g kopra/butir, 17,2–22,9 kg kopra/pohon/tahun atau 2,4–
3,27 ton kopra/ha/tahun.
*Kelapa DPU tergolong tahan terhadap penyakit Phytophthora sp.
dan toleran terhadap kemarau panjang. Daerah pengembangannya
adalah lahan kering iklim basah (curah hujan >1.200
mm/tahun).Produktivitas tertinggi diperoleh di Desa Bangga,
Sulawesi Tengah yang curah hujannya rendah (1.000 mm/tahun)
dengan air tanah dangkal (<2 m). Kelapa DPU telah dikembangkan
di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera
Utara, Aceh, Lampung dan Jawa Barat dengan luas areal sekitar
250 ha.
*Daya hasil kelapa DBI telah diteliti di KP Mapanget (Sulawesi
Utara), Desa Pekutatan (Bali), Bah Lias (Sumatera Utara), dan
KP Paya Gajah (Aceh). Kelapa DBI menghasilkan 12–13
tandan/pohon/ tahun, 52,1–91 buah/pohon/tahun, 272,6–304,7 g
kopra/butir, dan 15,5–24,8 kg kopra/pohon/tahun atau 2,2–3,5
ton kopra/ha/tahun.
*Kelapa DBI tergolong stabil terhadap perubahan musim untuk
karakter jumlah buah dan produksi daging buah. Tahan terhadap
penyakit Phytophthora sp. dan kekeringan selama 3 bulan.
Daerah pengembangannya adalah lahan kering dataran rendah
iklim basah (curah hujan >1.500 mm/tahun). Kelapa DBI telah
dikembangkan di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Aceh,
Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat dan Bali dengan luas areal
sekitar 150 ha.

*Kelapa DMT telah berkembang di Sulawesi Utara, Papua dan
Sulawesi Tenggara sejak tahun 1970an serta di Lampung,
Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan mulai tahun 1980an. Di
Mapanget (Sulawesi Utara) dan Pulau Muna (Sulawesi Tenggara),
kelapa DMT menghasilkan 12–12,5 tandan/pohon/tahun, 74,1–81,6
buah/ pohon/tahun, 263–306,8 g kopra/butir, dan 21,5–22,7 kg
kopra/ pohon/tahun atau 3,07–3,2 ton kopra/ha/tahun.
*Kelapa DMT tahan terhadap penyakit Phytophthora sp. dan
toleran terhadap kemarau panjang. Daerah pengembangannya
adalah lahan kering dataran rendah iklim basah (curah hujan
>1.500 mm/tahun).
*Persiapan lahan dilakukan dengan membuat lubang tanam
berukuran 1 m x 1 m x 1 m bersamaan dengan penyemaian. Lubang
tanam diisi pupuk kandang 20-30 kg/lubang. Sebelum tanam
lubang tanam diberi pupuk TSP 300 g/lubang.
*Bibit ditanam sedalam 30 cm dan agar terhindar dari
kekeringan diberi mulsa rerumputan atau tanaman pupuk hijau
*Pemupukan dilakukan sesuai umur tanaman. N, P, K dan Mg
diberikan bersamaan. Pupuk P diberikan 2-3 minggu sebelum atau
sesudah pemupukan N, K dan Mg. Untuk perbaikan sifat fisik
tanah, pupuk kandang dapat diaplikasikan.
*Kelapa dipanen baik dalam bentuk buah segar maupun diambil
niranya. Untuk pengambilan nira dilakukan dengan penentuan
mayang, pengikatan, pembengkokan, pengirisan mayang dan
penampungan nira. Nira dapat diproses menjadi gula kelapa
dengan cara pemasakan, pencetakan dan pengkristalan,
pengayakan, dan pengepakan/penyimpanan. Tempurung kelapa dapat
dimanfaatkanuntuk pembuatan arang. Buah kelapa dapat diolah
menjadi minyak kelapa, makanan ringan, selai kelapa, sari
kelapa, dan sirup air kelapa.

Teknologi Unggulan Perkebunan Vanili

*Bibit vanili Bio-FOB: menggunakan tiga macam mikroorganisme
yaitu Fusarium oxysporum, Bacillus pantotkenticus, dan
Trichoderma lactae. Secara generatif bibit harus tulen
(memiliki sifat seperti induknya), murni (biji tidak tercampur
dengan yang berkualitas jelek), dan segar (biji dalam kondisi
segar dan sehat). Secara vegetatif bibit harus sehat dan cukup
umur, sudah mengeluarkan sulur dahan yang kuat, dan tanaman
induk belum sampai berbuah.
*Penyiapan lahan dilakukan dengan mengolah tanah pada
pertengahan musim kemarau agar pada awal musim hujan pohon
pelindung dapat ditanam. Setelah diolah tanah dibuat bedengan
dengan lebar 80-120 cm dan lebar parit 30-50 cm.
*Bibit ditanam pada lubang tanam berukuran 20 cm x 15 cm x 10
cm atau 25 cm x 20 cm x 12 cm atau 30 cm x 25 cm x 15 cm.
Setek ditanam dengan cara memasukkan tiga ruas seluruhnya ke
lubang tanam secara mendatar, kemudian lubang tanam ditutup
dengan tanah yang telah dicampur pupuk kandang. Bagian tanaman
yang tidak tertutup tanah diikatkan pada pohon panjatan dengan
ikatan longgar.
*Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk di sekitar
pohon kemudian ditimbun tanah. Pupuk yang dibutuhkan adalah
pupuk kandang 10-20 kg, urea 8 kg, SP-36 4 kg, KCl 14 kg, CaO
5 kg, dan Mg 2,5 kg per pohon per tahun.
*Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyulaman, penyiangan,
pembumbunan, dan pemangkasan. Penyulaman dilakukan jika ada
bibit yang terserang penyakit dan menggantinya dengan tanaman
segar. Penyiangan dilakukan sebulan sekali setelah tanam pada
sekeliling tanaman. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan untuk menjaga bedengan tetap rapi.
*Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan
menggunakan insektisida (Furadan, Leadarsenate), fungisida
(Cupravit, Dithane, Benlate) atau menggunakan Bio-TRIBA dan
fungisida nabati Mitol 20 EC. Bio-TRIBA dalam bentuk cair
mengandung dua jenis mikroorganisme yaitu B. pantotkenticus
dan T. lactae, sebagai biodekomposer limbah organik dan
biofungisida untuk pengendalian patogen tanaman serta dapat
dicampur dengan pupuk organik dalam aplikasinya. Fungisida
Nabati Mitol 20 EC mengandung bahan aktif eugenol dari
cengkeh, toksik terhadapR. lignosus, R. solani, F. oxysporum,
F. solani, Pythium, S. rolfsii termasuk patogen penyebab BBP
dan jamur kontaminan pada pascapanen seperti Aspergillus dan
Penicillium.

Teknologi Unggulan Perkebunan Tembakau

*Setiap tahun Indonesia memproduksi rokok rata-rata 200 miliar
batang, terdiri atas 86-89% rokok kretek dan 11-14% rokok
putih. Kekuatan industri rokok kretek terletak pada bahan baku
yang digunakan, 85% berupa tembakau lokal sehingga tidak
bergantung atau terpengaruh situasi perdagangan tembakau
dunia. Salah satu bahan baku penting rokok kretek adalah
tembakau madura.
*Selama 5-10 tahun terakhir penggunaan tembakau madura
meningkat sehingga areal penanamannya meningkat dari 40.000-
50.000 ha menjadi 60.000-70.000 ha/tahun. Wilayah
pengembangannya adalah 45% di Kabupaten Pamekasan, 33% di
Sumenep, sisanya di Kabupaten Sampang. Perkiraan penggunaan
tembakau madura dalam racikan (blend) meningkat dari 14-22%
menjadi 25-30%.
*Tembakau madura dikenal di dunia sebagai tembakau
semi-oriental karena aromanya yang baik. Perannya sebagai
bahan baku rokok kretek semakin penting karena kadar
nikotinnya juga tidak terlalu tinggi, berkisar 2,5-3%, padahal
kadar nikotin tembakau temanggung berkisar 3-8%.
*Sesuai dengan trend konsumen, industri rokok kretek juga
mengarahkan usahanya pada produksi rokok yang lebih ringan
dengan kadar nikotin dan tar rendah. Melalui rekayasa dalam
proses produksi telah dapat dihasilkan rokok kretek yang lebih
ringan, antara lain dengan menggunakan kertas berpori dan
filter. Namun demikian teknologi tersebut masih cukup mahal.
Sebagai pilihan untuk mengurangi biaya produksi dapat
digunakan tembakau yang lebih ringan.
*Varietas tembakau dengan kadar nikotin rendah adalah Prancak
N-1 dan Prancak N-2, dengan kadar nikotinnya berturut-turut
1,7% dan 2,0% atau lebih rendah 24% dan 13% dari Prancak-95
dan mutu rajangan keduanya lebih baik. Produktivitas Prancak
N-1 rata-rata 0,9 t/ha, sedangkan Prancak N-2 tidak berbeda
dengan Prancak-95, yaitu 0,7 t/ha.
*Persiapan lahan untuk persemaian tembakau dilakukan dengan
cara membersihkan dan menyemprot lahan dengan formaldehid 0,5
liter dalam 4 liter air dengan dosis 40-48 liter/ha.
*Pemupukan dilakukan menggunakan ZA 200 kg (untuk tanah yang
bereaksi basa), SP-36 100 kg, ZK 100 kg dan 2,5 ton
pupukkandang/ha. Untuk tanah yang bereaksi masam, sebagai
sumber N dapat digunakan pupuk urea. Variasi hasil dapat
terjadi karena perbedaan pupuk yang diberikan terutama pupuk N.
*Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan membuat saluran
drainase pada saat air berlebih serta pengairan saat kering.
*Panen dilakukan dengan memetik daun yang terbaik, yaitu
daundaun yang telah cukup umur dan telah berwarna hijau
kekuningan. Untuk golongan tembakau cerutu, pemetikan daun
dilakukan pada saat tepat masak/hampir masak yang ditandai
dengan warna daun keabu-abuan, sedangkan untuk rokok sigaret,
pemetikan daun dilakukan pada saat masak sekali. Jika
diperlukan krosok yang kasar, pemetikan diperpanjang 5-10 hari
dari tingkat kemasakan tepat masak.
*Panen dilakukan dengan menebang batang tanaman beserta
daunnya tepat pada pangkal batangnya atau hanya memetik
daunnya saja tanpa menebang batangnya. Daun dipetik mulai dari
daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan daun
adalah sore/pagi hari pada saat cuaca cerah. Pemetikan dapat
dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali
petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk tiap tanaman dapat
dilakukan pemetikan 5 kali.

Teknologi Unggulan Perkebunan Lada

*Bibit tanaman dapat menggunakan setek. Untuk mengatasi
keterbatasan bahan tanaman, dapat digunakan setek satu ruas
(dua buku).
*Varietas lada unggul yang direkomendasikan adalah Petaling 1,
Petaling 2, Natar 1, Natar 2, Chunuk, LDK, dan Bengkayang.
Varietas Natar 1 toleran terhadap penyakit busuk pangkal
batang (BPB).
*Penanaman diawali dengan membuat lubang tanam berukuran 80 cm
x 60 cm x 60 cm atau 60 cm x 40 cm x 40 cm, bergantung pada
struktur dan tekstur tanah. Selanjutnya lubang tanam diberi
pupuk kandang, bahan organik, dan T. harzianum untuk mencegah
serangan P. capsici.
*Pemupukan menggunakan N, P, K, dan Mg dengan takaran1,6-2,4
kg (12:12:24:2) per tanaman per tahun untuk tanaman produktif,
bergantung pada jenis tanah. Pupuk diberikan sesuai kebutuhan
tanaman, yaitu dengan cara dibagi menjadi empat. Pemupukan
dilakukan selama musim hujan dengan interval 40 hari. Tanaman
lada umur 1 tahun memerlukan 1/8 takaran yang dibagi menjadi
empat (diberikan pada umur 5, 7, 9, dan 11 bulan), sedangkan
tanaman umur 2 tahun, pupuk diberikan 1/8 takaran selama musim
hujan dan dibagi empat.
*Penggunaan tajar sangat dianjurkan, karena daunnya dapat
dipakai sebagai kompos, menciptakan habitat yang baik bagi
mikroba tanah, serta mengurangi pengaruh panas dan kekeringan.
Penggunaan tajar hidup lebih menguntungkan karena murah, ramah
lingkungan, dan hasil pangkasannya dapat digunakan sebagi
sumber bahan organik bagi tanaman lada, walaupun dari segi
produksi sama baiknya dengan penegak kayu/mati.
*Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan: (1) pemangkasan tajar
pada seminggu sebelum pemupukan untuk mengoptimalkan serapan
hara oleh tanaman lada, (2) pemangkasan sulur panjat lada pada
tanaman muda untuk merangsang terbentuknya cabang buah
sehingga membentuk kanopi yang ideal, dan (3) pemangkasan
sulur cacing dan sulur gantung yang merupakan parasit bagi
tanaman lada. Pemangkasan dilakukan apabila percabangan lada
di dekat permukaan tanah terlalu lebat, dengan tujuan
mengurangi kelembapan di sekeliling pangkal batang agar
terhindar dari serangan patogen penyakit BPB.
*Untuk mendapatkan lada yang bermutu tinggi, pemanenan
dilakukan tepat waktu dan pengolahan dilakukan secara
higienis. Serangkaian alat pengolahan lada hitam dan lada
putih telah direkayasa Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (Balittro) untuk meningkatkan mutu lada petani. Alat
tersebut terdiri atas alat perontok, pengupas, dan pengering.

Teknologi Unggulan Perkebunan Kakao

*Bibit yang digunakan adalah bibit kakao unggul yaitu klon
kakao lindak GC 7 (potensi hasil 2,035 kg/ha/tahun), ICS13
(potensi hasil 1,827 kg/ha/tahun), klon yang toleran terhadap
penyakit busuk buah (KW 25, KW 32, KW 33 dan KW 38); klon
unggul kakao mulia DRC 16 (potensi hasil 1,735 kg/ha/tahun),
DR2 dan DR 38 yang tahan terhadap PBB.
*Pemupukan dilakukan 2,5 bulan setelah pemangkasan dengan urea
200 g, SP-36 25 g, dan KCl 170 g/pohon. Pemupukan dilakukan
tiga kali per tahun. Pemupukan juga dapat dilakukan melalui
daun menggunakan urea 5% atau pupuk daun formulasi pabrik 0,2%
setelah 2,5 bulan pemangkasan dan diulangi setiap bulan dengan
jumlah larutan kurang lebih 500 ml/ha.
*Pemeliharaan tanaman dapat dilakukan menggunakan pendekatan
pengendalian hama terpadu (PHT) yang difokuskan pada
pencegahan dan eradikasi. Pengendalian hama dilakukan dengan
penyarungan buah muda menggunakan kantong plastik. Di samping
itu, pemeliharaan tanaman dilakukan pula dengan pemangkasan
eradikasi (sebelum dipangkas tanaman disemprot insektisida
piretroit), perampasan buah, pengendalian biologis,
pengendalian kimiawi, dan penggunaan ZPT. Pengendalian hama
terpadu dapat juga dilakukan menggunakan agen hayati Beauveria
bassiana.
*Panen dilakukan setelah buah masak yaitu 20-21 minggu setelah
pembuahan. Untuk menurunkan kadar air biji hingga sekitar 60%,
dapat digunakan mesin pengering biji kakao dengan memanfaatkan
panas dari mesin diesel 60 HP, penggerak kipas/blower dengan
daya 4 HP, 3.600 rpm dengan kapasitas pengeringan 1,5 ton.
*Untuk merehabilitasi tanaman kakao yang tidak produktif lagi,
dapat diterapkan teknologi sambung samping .
*Penanganan pascapanen dilakukan melalui beberapa cara. Untuk
memperbaiki dan membentuk cita rasa khas coklat serta
mengurangi rasa pahit dan sepat pada biji dapat digunakan alat
fermentasi. Untuk pengeringan biji dapat digunakan alat
pengering mekanis yang mampu mengurangi kandungan air biji
setelah proses fermentasi selesai. Biji yang seragam
dimasukkan ke dalam karung goni lalu disimpan dalam gudang
dengan tumpukan maksimum 5 karung. Karung diletakkan di atas
palet kayu setinggi 10 cm dari lantai gudang.

Teknologi Unggulan Bioteknologi BioPhos

*Pemanfaatan mikroba pelarut fosfat merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan.
*BioPhos dapat melepas fosfat yang terikat dalam tanah maupun
dari pupuk fosfat yang diaplikasikan, memobilisasi,
mempermudah/ membuat fosfat menjadi tersedia bagi tanaman, dan
meningkatkan serapan P tanaman.
*BioPhos mengandung lebih dari satu fungsi kelompok mikroba,
yaitu mikroba pelarut fosfat, mikoriza, dan senyawa organik
alami pemacu pertumbuhan tanaman.
*BioPhos merupakan campuran mikroba efektif pelarut fosfat,
Pseudomonas spp. Grt 2, Micrococcus spp. Grt 3, Aspergillus
niger NHJ2, dan mikoriza Glomus manihotis yang diperkaya
dengansenyawa organik alami dan dilengkapi dengan formulasi
bahan pembawa yang sesuai.
*Manfaat BioPhos adalah dapat mensubstitusi sebagian pupuk
yang dibutuhkan tanaman melalui kemampuannya melarutkan fosfat
yang sukar larut menjadi tersedia bagi tanaman, sehingga dapat
menghemat penggunaan pupuk kimia. BioPhos juga dapat
meningkatkan efisiensi pemupukan N dan K.

ATRAKTAN HAMA LALAT BUAH TANANAMAN PERKEBUNAN

*Lalat buah merupakan hama utama pada budi daya tanaman
hortikultura. Hama ini menyebabkan buah muda jatuh atau buah
berbelatung sehingga kualitasnya turun. Selain itu, lalat buah
hidup bersimbiose mutualistis dengan beberapa jenis bakteri
dan merupakan vektor dari bakteri E. coli.
*Berbagai cara pengendalian lalat buah telah dilakukan, salah
satunya adalah dengan menggunakan atraktan dengan bahan aktif
metil eugenol yang harganya di pasaran sekitar Rp6.000/5 ml
atau setara dengan Rp 1, 2 juta/liter. Atraktan dapat dibuat
dari tanaman (atraktan nabati) dengan harga yang jauh lebih
murah dengan efektivitas yang tinggi, yaitu dari tanaman
selasih (Ocimum spp.) dan Melelauca bracteata. Atraktan nabati
sudah diuji efektivitasnya di beberapa lokasi dan menunjukkan
hasil yang cukup memuaskan dalam mengendalikan hama lalat buah.
*Atraktan nabati sangat dibutuhkan oleh para petani dan
praktisi di bidang hortikultura, khususnya buah-buahan,
sehingga teknologi ini sangat dinantikan oleh mereka. Atraktan
nabati dapat digunakan di semua lokasi di mana tanaman
hortikultura dibudidayakan
*Hasil pengujian di beberapa daerah menunjukkan bahwa atraktan
nabati ini mampu memerangkap lalat buah per minggunya dalam
satu perangkap berkisar dari puluhan, ratusan hingga ribuan,
bergantung pada komoditas, cuaca, dan lokasi. Atraktan mampu
bertahan hingga satu bulan, namun pada minggu kedua daya
tangkapnya sudah mulai menurun, sehingga penambahan atraktan
perlu dilakukan setiap dua minggu.
*Atraktan ini bersifat spesifik untuk hama lalat buah. Cara
penggunaannya adalah dengan meneteskannya (sekitar 1 ml) pada
gumpalan kapas yang terdapat di dalam botol perangkap. Botol
perangkap dapat dibuat dari botol minuman air mineral dengan
cara memotong ujungnya dan memasangkannya secara terbalik
sehingga berbentuk corong. Di dasar botol tersebut diberi air
untuk membunuh lalat yang masuk, yaitu dengan cara apabila
sayap lalat menyentuh air, maka lalat akan lengket dan
tenggelam. Penetesan atraktan diulang setiap 2-4 minggu,
bergantung pada kondisi peletakan perangkap; semakin ternaungi
sinar matahari semakin tahan lama dan sebaliknya semakin
terbuka terhadap sinar matahari maka semakin cepat habisnya.
Jumlah perangkap tiap hektar adalah 20-25 buah yang dipasang
tersebar merata di kebun.
*Penggunaan atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat
buah yang ramah lingkungan, karena baik komoditas yang
dilindungi maupun lingkungannya tidak terkontaminasi oleh
atraktan. Selain itu atraktan ini tidak membunuh serangga
bukan sasaran (serangga berguna seperti lebah madu, serangga
penyerbuk atau musuh alami hama), karena bersifat spesifik,
yaitu hanya memerangkap hama lalat buah, sehingga tidak ada
risiko atau dampak negatif dari penggunaannya.

BUDIDAYA KUNYIT

* Kunyit merupakan salah satu tanaman obat potensial. Selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat pewarna alami. Rimpangnya sangat bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah, mengobati sakit perut, penyakit hati, karminatif, stimulan, gatal-gatal, gigitan serangga, diare, dan rematik. Kandungan utama rimpang kunyit adalah minyak atsiri, kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksi-kurkumin, dan bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor, dan besi. Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri atas ar-tumeron, a dan ß-tumeron, tumerol, a-atlanton, ß-kariofilen, linalol, dan 1,8 sineol.
* Kunyit tumbuh baik pada tanah Latosol, Aluvial, dan Regosol, ketinggian tempat 240–1.200 m dpl., curah hujan 2.000–4.000 ml/ tahun, di bawah tegakan tanaman keras seperti sengon dan jati yang masih muda (umur 3–4 tahun) dengan tingkat naungan tidak lebih dari 30%.
*
Bibit menggunakan rimpang induk atau anak rimpang dari tanaman cukup umur (11-12 bulan) dengan ukuran seperempat bagian (satu rimpang induk dibelah menjadi empat bagian membujur) untuk rimpang induk, dan 15–20 g/potong untuk anak rimpang. Sebelum ditanam benih ditumbuhkan dahulu sampai mata tunasnya tumbuh 0,5-1 cm.
*
Tanah diolah agar gembur, dibuat petakan/bedengan dan saluran drainase. Jarak tanam sistem monokultur adalah: 50 cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm, 40 cm x 40 cm atau 50 cm x 60 cm, pola tumpang sari dengan tanaman sisipan kacang tanah atau cabai rawit yang ditanam bersamaan. Pupuk kandang 10–20 t/ha sebagai pupuk dasar diberikan pada saat tanam. Pupuk yang digunakan adalah urea, SP-36 dan KCl dengan takaran masing-masing 100 kg, 200 kg dan 200 kg/ha. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan sekaligus pada saat tanam dan urea diberikan dua kali pada umur 1 dan 3 bulan setelah tanaman tumbuh.

*
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan dan pembumbunan untuk menghindari kompetisi dengan gulma dalam memperoleh zat hara serta untuk menjaga kelembapan, suhu dan kegemburan tanah. Pembumbunan dilakukan setelah selesai penyiangan untuk memperbarui saluran drainase pemisah petak; tanah dinaikkan ke petak-petak tanam. Jarang terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman kunyit. Untuk mencegah penyakit busuk rimpang yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum dapat dilakukan dengan menggunakan benih sehat, perlakuan benih sehat (antibiotik), menghindari pelukaan (rimpang diberi abu sekam), pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan saluran irigasi agar tidak ada genangan air dan aliran air tidak melalui petak sehat, serta inspeksi kebun secara rutin.

*
Kunyit dipanen pada umur 10–12 bulan setelah tanam, biasanya daun mulai luruh atau mengering. Dapat pula dipanen pada umur 20–24 bulan setelah tanam. Panen dilakukan dengan cara menggali dan mengangkat semua rimpang, kemudian dicuci, dikering-anginkan sampai kulit tidak basah. Setelah itu, rimpang diiris dengan irisan membujur dengan ketebalan 2 mm. Rajangan rimpang dikeringkan dengan dijemur dengan diberi alas yang bersih, atau dengan pengering oven pada suhu 40–60oC, hingga mencapai kadar air 9-10%. Pengolahan kunyit selanjutnya bergantung pada peruntukannya, sebagai bahan baku obat, zat pewarna atau rempah. Simplisia irisan kering juga dapat diolah menjadi tepung, minyak atsiri, oleoresin, dan zat pewarna kurkuminoid.